Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MASAKAN MISTERIUS IBU

MASAKAN MISTERIUS IBU

Source : komentarmu.com


Ini aneh. Kak Mala dan Tuti berpandangan. Ibu bilang, akan memetik buah nangka di kebun belakang. Hidung Mala sudah tak sabar mencium aroma nangka yang menggoda. Tuti sejak tadi sudah menahan air liurnya setiap membayangkan potongan nangka yang manis.

“Bu, itu nangkanya belum matang,”Kak Mala menunjuk buah nangka berukuran sedang di tangan Ibu.

 “Ibu enggak salah petik?”Tuti menambahi. Ibu menggeleng sambil tersenyum misterius. Setelah menaruh buah nangka di dapur, Ibu malah pergi melalui pintu belakang.

Bukankah Ibu sudah berbelanja di pasar? Ibu mau ke mana lagi? Kak Mala dan Tuti yang penasaran, akhirnya mengikuti Ibu secara diam-diam. Tibalah mereka di sebuah pohon jati. Ibu memungut beberapa helai daun jati yang gugur, lalu berjalan pulang.

Tuti menggaruk-garuk kepalanya, kebingungan. Kak Mala hanya mengangkat bahu, sama-sama tidak tahu.

 Sampai di rumah, Ibu segera mencuci daun-daun jati tadi.”Mala, tolong keluarkan batok kelapa dari keranjang belanjaan Ibu. Sekalian dicuci bersih, ya,”pinta

 Batok kelapa? Untuk apa? Namun, Kak Mala tetap melakukan perintahlbu.

Tangan Ibu dengan Iincah mengupasi buah nangka muda. Tuti mengamati potongan-potongan nangka mentah yang  berwarna putih. enak, pikirnya.

“Bu, ada apa, sih? Kok, hari ini Ibu terlihat aneh,”Tuti tak tahan untuk berkomentar.

Ibu tidak marah, malah tertawa. Lalu, terdiam dan menghela napas, “Sebenarnya, hari ini Ibu kangen sama Nenek.”

Jawaban Ibu juga terasa aneh.

“Mala, nanti kamu susun batok kelapa di dasar panci, ya,”Ibu kembali menyuruh Kak Mala.

“Memangnya batok kelapa bisa dimakan, Bu?”tanya Tuti heran.

Ibu tergelak mendengarnya, “Nanti kalian juga akan tahu. Sekarang, Tuti bantu Ibu mencuci potongan-potongan nangka, lalu kamu masukkan ke dalam panci yang beralas batok kelapa tadi.” Ibu lalu menambahi air santan ke dalam panci beserta bumbu-bumbu yang telah dihaluskan. Sebelum panci ditutup, Ibu menaruh beberapa helai daun jab.

 Ibu mengatur kenop kompor minyak, hingga api kompor mengecil. “Sekarang, kita tunggu beberapa jam.”

“Kenapa tidak pakai kompor gas saja, Bu. Lebih cepat, tidak perlu menunggu lama,” usul Kak Mala. Ibu menggeleng,”Dulu, Nenek malah memasaknya di atas tungku kayo dan rasanya memang jadi lebih enak.”

 “Kak Mala mau memakan masakan Ibu tadi?”Tuti Iangsung bertanya kepada kakaknya begitu mereka memasuki kamar.

“Ssstt…pelan-pelan! Nanti Ibu dengar,”Kak Mala menempelkan jari telunjuk di mulutnya.”Kakak juga ragu.Tapi, selama ini masakan Ibu selalu enak. Kita coba saja dulu.

” Tuti mengangguk setuju.

Dua jam berlalu. Kak Mala dan Tuti bergegas ke dapur.

“Belum boleh dibuka!” larang Ibu.

Ya, ampun! Sebenarnya Ibu memasak apa, sih?

 Beberapa jam kemudian, Kak Mala dan Tuti mencium aroma harum dari arah dapur. Panci yang sama masih ada di atas kompor minyak yang baru dimatikan Ibu. Uap panas tipis keluar dari sela-sela panci, membawa aroma sedap di sekeliling dapur. Perut Mala dan Tuti semakin meronta-ronta minta diisi.

 “Ada sayur bayam dan tahu goreng di meja makan,” kali ini Ibu belum juga membuka panci itu.

“Kak, aku makin penasaran sama masakan Ibu. Sudah sekian jam, tapi belum matang juga!” keluh Tuti.

 Kak Mala tampak berpikir,”Oh, mungkin karena batok kelapa yang keras, jadi butuh waktu lama untuk matang.”

 “Hmm…benar juga ya, Kak,”Tuti angguk.

Saat makan malam, sudah tersedia aneka hidangan di meja makan. Kak Mala dan Tuti hanya tahu opor ayam dan tempe bacem, yang lain tidak tahu namanya.

 “Ini apa, Bu?”Kak Mala menunjuk mangkuk yang berisi makanan berbentuk kotak-kotak.

“Itu namanya sambal goreng krecek,”jawab

“Itu kesukaan Bapak. Pasangannya gudeg,” sela Bapak.

 “Gudeg?”tanya Kak Mala dan Tuti bersamaan.

Ibu menunjuk semangkuk hidangan lain,”Ini yang lbu masak dengan batok kelapa dan daun jati.”

 Kak Mala dan Tuti yang penasaran, segera menyendokkan gudeg ke atas piring masing-masing.

“Lo, mana batok kelapanya, Bu?” tanya Tuti.

“Daun jatinya juga hilang?” Kak Mala ikut bertanya.

 Bukannya menjawab, Bapak dan Ibu malah tertawa.

“Batok kelapa gunanya agar gudeg tidak gosong. Sedangkan daun jati membuat warna gudeg menjadi kecokelatan,” jelas Ibu panjang lebar.

 Giliran Kak Mala dan Tuti yang tertawa. “hmmm ….rasanya enak,” Kak Mala dan Tuti makan dengan lahap.

“Nenek yang mengajarkan Ibu memasak gudeg. Gudeg buatan Nenek malah Iebih enak lagi,” cerita Ibu.

 “Wah, jadi ingat Nenek, ya! Bagaimana jika besok kita ziarah ke makam Nenek?” usul Bapak.

“Setuju, Pak!” seru Kak Mala, juga Tuti.

 Ibu mengangguk senang.

 

Posting Komentar untuk "MASAKAN MISTERIUS IBU"