SI JADUK
SI JADUK
Source : komentarmu.com
aku, si Jaduk. Rusa bertanduk hebat. Selain tandukku yang hebat, rumah tempat tinggalku pun tak hebat.
Rumahku adalah halaman Istana Presiden! Istana Bogor.
Bangunan putih itu sungguh megah. Diapit dua bangunan lain di sampingnya yang juga indah.
Hamparan rumput hijaunya sungguh terawat. Di tengahnya ada jalan mulus beraspal yang dihiasi tiang-tiang lampu kuno.
Di halaman istana ini, terdapat juga pohon beringin dan kolam besar. Aku benar-benar nyaman tinggal di sini. Selain aku, ada ratusan rusa lain yang tinggal di halaman istana megah ini.
Ada juga Shana,temanku yg agak cerewet
“Hei,Jaduk! Hari ini, hari Minggu. Hari ini kita panen wortel lezat! Makanan kesukaan kita. Ayo, kita dekati pagar samping jalan raya itu! Anak-anak kecil sudah siap dengan wortel di tangan mereka memanggil kita!
“Huh, kau saja yang ke sana. Tandukku ini tak akan aku turunkan untuk mengambil makanan dari anak-anak pendek itu!” kataku agak kesal.
“Ughh… kau selalu sombong! Kau hanya mau makanan yang diberikan oleh para tamu istana ini!” kata Shana cemberut.
Aku diam saja tak peduli. Namun, Shana tidak pergi juga. la malah tampak girang dan berkata lagi, “Oh iya, tadi aku dengar percakapan penjaga istana. Katanya, besok ada tamu penting yang berkunjung ke kota ini. Katanya, mereka ingin melihat-lihat halaman istana ini juga. Kau pasti suka mendengar berita ini…”
“Naaah, kalau tamu penting, aku baru suka! Kau sendiri saja yang bermain bersama anak-anak dan wortelnya itu di pagar istana.
Aku ini si Jaduk. Aku rusa penghias istana. Tugasku menghibur tamu-tamu penting,” kataku sambil menaikkan tandukku.
“Huh, baru jadi rusa penghias Istana Presiden saja, sudah sombong. Bagaimana kalau kau jadi presiden rusa…”omel Shana. la nielengos meninggalkan aku.
Kini aku melamun sendiri sambil tersenyum. Aku membayangkan tamu-tamu penting yang akan berkunjung ke kota ini besok. Kalau mereka datang untuk melihat-lihat halaman istana ini, mereka pasti akan melihat aku juga. Mereka pasti akan berdecak kagum melihat keindahan dan kehebatan tandukku ini,
“Si Jaduk, rusa bertanduk hebat…” Aku tersenyum-senyum sendiri membayangkan peristiwa yang akan terjadi besok.
Malam harinya, aku tertidur di bawah pohon beringin tua yang rindang. Mimpiku sungguh indah…
“Hei, Jaduk! Pagi-pagi begini, kenapa kamu tampak lesu? Lihat, rusa-rusa lain sudah mulai mencari makanan. Mereka bergerak menghiasi halaman istana. Katanya, kau ini rusa penghias istana.Tapi kenapa kau hanya berbaring malas di balik pohon beringin ini?” tanya Shana yang datang sambil mengomel.
“Jangan ganggu aku. Aku sedang tak bersemangat. Sedih rasanya hatiku!”
“Hah? Sedih? Tamu-tamu penting itu sudah datang, kan? Katanya kau ingin menghibur mereka…”
“Ah sudahlah. Aku tak mau bertemu mereka!
” Mata Shana terangkat heran. “Hei, ada apa denganmu? Ini bukan seperti si Jaduk, rusa bertanduk hebat:”
“Aku tidak suka pada keluarga tamu-tamu penting itu! Anak-anak mereka nakal! Mereka menancapkan buah apel di ujung tandukku. Dengan susah payah aku harus melepaskannya:’ gerutuku.
“Ha ha ha …,”seketika Shana tertawa terbahak.
“Ehem …”dehemku keras. Shana menghentikan tawanya.
“Oh, maaf! Aku tak bisa menahan geli. Wajahmu pasti jadi lucu, kalau ada apel di ujung tandukmu! Ha ha… Hmm, jadi kau diam saja ketika mereka mempermainkanmu?”
“Nggg lya Tadinya aku ingin mereka terhibur dengan memamerkan tandukku yang hebat. Tapi, ternyata mereka mendekati aku hanya untuk mempermainkan aku”
“Kau tidak marah?”tanya Shana lagi. “Aku marah. Tapi aku berusaha menahan marahku. Sekarang, aku tak mau mendekati mereka lagi.”
“Ya sudahlah Kalau begitu, hari Minggu nanti, kau temani aku saja. Kita hibur anak-anak di pinggir pagar istana. Mereka memang bukan tamu penting.Tapi, mereka anak-anak manis dan sopan. Mereka akan memberikan wortel untukmu,” ajak Shana sabar.
Kupandangi mereka dari kejauhan. Kali ini, mataku tidak menghadap ke arah istana yang megah itu. Melainkan ke jeruji pagar istana yang di baliknya dipenuhi anak-anak yang ceria.
Anak-anak manis itu . memberikan wortel dengan tulus untuk teman-temanku. Kulihat Shana sudah berdiri di depan jerui pagar itu dengan mulut lahap mengunyah wortel.
Aku pun melangkahkan kaki mendekati pagar istana yang ramai. Siap menyantap wortel dan bermain bersama mereka. “
Posting Komentar untuk "SI JADUK"